Boba Berbahaya Bagi Tubuh, Mitos atau Fakta?

February 05, 2020
Sahabat #RSColumbiaAsia apakah anda salah satu penggemar dari boba? Pernahkah Anda penasaran dan ingin tahu baik buruknya konsumsi boba bagi tubuh, Anda?
Bubble milk tea atau yang sering disebut dengan boba ialah minuman yang akhir-akhir ini sangat digemari oleh masyarakat dari berbagai kalangan, baik anak-anak, remaja ataupun dewasa. Namun, tahukah Anda bahwa terlalu banyak mengkonsumsi boba memiliki dampak buruk bagi kesehatan tubuh?
Singkat cerita, boba merupakan minuman unik yang berasal dari Taiwan. Minuman ini pertama kali dirilis di Taiwan pada tahun 1980 dan dapat dijual pada kedai minuman di milik Liu Han-Chieh. Saat itu, Liu Han-Chieh beserta dengan rekannya yang bernama Lin Hsiu Hui, mencoba menambahkan buah, sirup dan boba ke dalam minuman yang mereka jual.
Akhirnya minuman tersebut semakin popular dan mulai dikenal pada tahun 1990 di Asia dan mulai menyebar ke Eropa dan USA pada tahun 2000 karena rasanya dinilai unik dan nikmat. Bahkan saat ini, di Indonesia minuman tersebut mulai merambah hingga ke gerai-gerai kecil minuman. Boba dapat dijadikan sebagai hidangan penutup (dessert).
Bubble atau boba yang terdapat pada minuman tambahan milk tea ini terbuat dari tepung tapioka. Proses pembuatannya, pertama-tama tepung tapioka tersebut direbus untuk menghasilkan bola-bola boba yang kenyal dan bulat untuk ditambahkan sebagai toping ke dalam minuman. Baik minuman teh, susu ataupun minuman lainnya yang disajikan secara dingin atau panas. Seiring dengan meningkatnya popularitas boba di kalangan masyarakat Indonesia, semakin meningkatkan inovasi dari gerai minuman yang ada. Oleh karena itu diciptakanlah boba yang berwarna hitam dan putih. Boba yang berwarna hitam terbuat dari tepung tapioka hitam, pati singkong, ubi dan gula merah. Sedangkan boba yang berwarna putih terbuat dari pati singkong, akar kamomile dan karamel.
Namun, akhir-akhir ini muncul berita terkait dengan seorang gadis berusia 14 tahun di China yang diberitakan harus menerima tindakan medis dikarenakan tumpukan bubble tea di dalam perutnya yang begitu banyak dan sulit dicerna oleh usus. Faktanya, gadis tersebut terlalu berlebihan mengkonsumsi bubble tea dalam jangka waktu yang lama. Boba yang pada dasarnya terbuat dari tepung tapioka mengandung pati resisten yang tidak dapat dicerna bagi tubuh, selain itu kandungan pati juga dapat memberikan efek kenyang bagi yang mengkonsumsinya. Maka, apabila boba tersbeut dikonsumsi hanya dalam batas yang wajar, maka pati resisten pada tapioka yang dibuat sebagai bahan dasar pembuatan boba justru dapat memberikan manfaat bagi kesehatan usus, karena pati menjadi makanan bakteri baik yang dapat memproduksi lapisan lendir pada usus untuk memecah makanan.
Faktanya, Bubble milk tea memiliki dampak yang buruk bagi kesehatan, diantaranya yaitu:
  1. Meningkatkan risiko diabetes melitus
Bubble milk tea memiliki kandungan gula tambahan yang tinggi seperti sukrosa, fruktosa, galaktosa, melezitosa. Bubble milk tea memiliki kandungan gula sebesar 38 gram dan kalori sebanyak 299 kkal untuk setiap porsinya. Padahal kebutuhan gula tambahan tidak boleh lebih dari 150 kkal/hari untuk pria dan 100 kkal/hari untuk wanita. Minuman tinggi gula tingkatkan risiko diabetes melitus. Selain itu, jika seseorang sering mengonsumsi minuman manis lebih dari 2 kali per hari, dapat meningkatkan risiko terkena asam urat sebesar 1,78 kali pada pria dan 3,05 kali pada wanita. Hal ini disebabkan karena adanya kadar fruktosa dan kalori yang tinggi dan berlebih dapat memicu terjadinya peningkatan diabetes melitus.
 
  1. Meningkatkan risiko obesitas
Jumlah kalori secangkir bubble pada segelas minuman yaitu terdapat 135 kalori tambahan yang masuk ke dalam tubuh sehingga setara dengan kalori pada sepiring nasi. Selain itu terlalu sering mengkonsumsi buuble tea dapat merusak pola makan sehat. Karena komposisi umum minuman racik bubble pearl terdiri dari setengah gelas bubble, seperempat gula, seperdelapan susu kental manis dan teh, yang keseluruhannya mencapai 453-500 kalori. Jadi, mengkonsumsi bubble tea secara berlebihan akan meningkatkan risiko obesitas.
 
  1. Membuat gigi menjadi kuning
Konsumsi teh sebenarnya dapat membuat gigi menjadi kusam, namun adanya tambahan susu pada teh dapat membantu mengurangi efek buruk pada gigi. Hal ini disebabkan karena susu memiliki kasein yang dapat menurunkan efek samping teh dalam membuat noda pada gigi.
 
Oleh karena itu, penting sekali bagi Sahabat #RSColumbiaAsia untuk mengurangi intensitas konsumsi minuman dengan topping boba agar terhindar dari dampak buruk konsumsi boba yang berlebihan. Jika anda memang sangat menyukai minuman dengan topping boba bukan berarti Anda dilarang sama sekali untuk tidak mengkonsumsinya. Melainkan dengan mengurangi intensitas konsumsi tersebut dan pastikan melakukan hal-hal berikut agar tubuh tetap sehat:
  1. Pesanlah bubble tea dengan lebih sedikit gula (less sugar), karena hal ini dapat meminimalisir risiko asam urat dan penyakit jantung.
  2. Bila ingin menggunakan boba sebagai topping, pilihlah jenis minuman yang tidak menggunakan susu ataupun teh melainkan bisa menggunakan smothies buah, karena hal ini dapat meminimalisir risiko gigi menjadi kuning akibat kasein susu dan gigi kusam akibat teh.
  3. Bila ingin memesan bubble tea yang mengandung susu, jangan gunakan topping lain seperti boba, jeli dan pudding. Karena hal tersebut dapat meminimalisir risiko obesitas.

Sumber:
dr. I Ketut Adi Nugraha Susila
RS Columbia Asia Semarang.