Gejala Diabetes Pada Anak

January 12, 2021

  

Diabetes Mellitus tipe 1 merupakan tipe diabetes yang paling sering terjadi pada anak, di mana terjadi kekurangan insulin absolut dalam tubuh akibat rusaknya sel beta kelenjar pankreas oleh proses autoimun (suatu keadaan dimana sistem kekebalan tubuh mengalami gangguan sehingga menggangap sel tubuh/pankreas sebagai benda asing dan menghancurkannya). Kerusakan pankreas yang terjadi pada umumnya baru menimbulkan gejala setelah kerusakan sel-sel pankreas mencapai 90% atau lebih, akibatnya tubuh menjadi kekurangan insulin dan terjadi peningkatan kadar gula darah.

Apa saja gejala diabetes pada anak?
Secara umum, gejala diabetes pada DMT1 dan DMT2 adalah sama. Anak menjadi sering buang air kecil terutama pada malam hari atau mengompol (poliuria), sering haus (polidipsia), sering lapar (polifagia), hal ini merupakan gejala klasik diabetes. Gejala lainnya adalah berat badannya mengalami penurunan yang drastis dan anak sering merasa lemas. Gejala lain dapat berupa kesemutan, luka yang sulit sembuh, keputihan, atau pandangan kabur. Gejala ini dapat berlangsung sekitar 2-6 minggu sebelum diagnosis ditegakkan. Sering sekali orang tua ataupun dokter tidak mengenali gejala diabetes yang terjadi pada anak sehingga diagnosis sering terlambat dan baru didiagnosis pada kondisi yang sudah berat, yang dikenal dengan keadaan ketoasidosis diabetikum (KAD). Ketoasidosis diabetikum merupakan salah satu kegawatdaruratan pada penderita DM yang tidak terkontrol. Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan insulin dan efek kombinasi dari peningkatan hormon yang bekerja berlawanan dengan insulin, yaitu katekolamin, glukagon, kortisol dan hormon pertumbuhan. Diagnosis KAD harus segera ditegakkan dan tatalaksana harus segera diberikan karena bila terlambat diagnosis dan penanganan maka dapat mengakibatkan kematian.

Diagnosis diabetes pada anak
Selain ditemukan gejala klinis yang khas untuk diabetes, diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan gula darah: Kadar gula darah puasa ≥ 126 mg/dL (≥ 7,0 mmol/L), ditemukan gejala hiperglikemia dan kadar gula darah sewaktu ≥ 200 mg/dL (≥11,1 mmol/L), hasil 2 jam setelah minum larutan glukosa (1,75 g/Kg, maksimal 75 gram glukosa yang dilarutkan dalam air) pada uji toleransi glukosa abnormal yakni ≥ 200 mg/dL (≥11,1 mmol/L), dan kadar Hb1C ≥ 6,5%.

Apa penyebab diabetes pada anak?
Diabetes mellitus tipe 1 pada anak terjadi akibat adanya interaksi antara faktor genetik dan faktor lingkungan yang mengubah sistim imun sehingga mengakibatkan kerusakan sel beta pankreas. Keterlibatan faktor genetik terlihat dari laporan sejumlah studi yang menemukan hubungan antara sejumlah loci dengan terjadinya DMT1. Locus yang paling kuat (bermakna) hubungannya dengan terjadinya DMT1 adalah HLA class II gene yang berlokasi di kromosom 6p21.3. HLA-DR dan HLA-DQ memiliki pengaruh yang kuat untuk terjadinya DMTI dan memiliki risiko diturunkan (inherited risk) sebesar 50% untuk terjadinya DMT1. Selain faktor genetik, faktor lingkungan juga berperan untuk terjadinya DMT1 melalui interaksinya dengan sistim imun. Beberapa faktor lingkungan yang sudah teridentifikasi terlibat dalam perkembangan DMT1 seperti infeksi virus, paparan terlalu dini terhadap susu sapi, defisiensi vitamin D, dan beberapa toksin yang ada di lingkungan seperti derivat nitrit.

Bagaimana pengobatan diabetes pada anak?
Tujuan tatalaksana diabetes pada anak adalah mencapai pertumbuhan dan perkembangan anak yang optimal dan tercapai kontrol metabolik yang baik sehingga mampu mencegah komplikasi akut dan kronik. Tujuan ini dapat tercapai jika terjalin kerjasama yang holistik dari tim diabetes (multidisiplin) yang terdiri dari dokter ahli endokrin anak, perawat, edukator diabetes, ahli gizi, pekerja sosial, dan psikolog anak. Dalam tatalaksana diabetes ada lima pilar penanganan yaitu penyuntikan insulin, pemantauan gula darah, pengaturan makan dan olahraga, serta edukasi. Penyuntikan insulin merupakan pengobatan mutlak yang harus dilakukan karena dasar penyebab DMT1 adalah tidak adanya insulin yang dihasilkan dalam tubuh. Satu-satunya cara pemberian insulin yang terbukti efektif hingga saat ini adalah melalui suntikan di bawah kulit. Pemantauan gula darah harus dilakukan setiap hari untuk mengetahui cukup tidaknya dosis insulin yang diberikan sesuai dengan kebutuhan tubuh anak. Pada anak DMT1, penyuntikan insulin harus dilakukan seumur hidup karena tubuh sudah tidak mampu lagi menghasilkan insulin sendiri sehingga harus digantikan oleh insulin dari luar tubuh. Anak dengan diabetes memiliki hak yang sama dengan semua anak lainnya untuk tetap beraktivitas dan terus bersekolah. Meskipun mereka membutuhkan penanganan khusus seperti pengobatan yang harus dijalani seumur hidup, pemantauan gula darah mandiri, serta beberapa pemeriksaan darah yang harus rutin dilakukan sebagai bagian dari pemantauan kontrol metabolik dan skrining komplikasi penyakitnya, namun hal tersebut tidaklah menjadi penghalang bagi mereka untuk mencapai tumbuh kembang yang optimal, hidup bahagia, bermain, serta berprestasi. Dengan kontrol metabolik yang baik, anak penyandang diabetes akan mampu mencapai cita-cita yang diimpikannya.

Artikel ini telah direview oleh Dr. dr. Siska Mayasari Lubis, M. Ked(Ped), Sp.A(K) dari RS. Columbia Asia Medan.