Omicron Sudah Masuk Indonesia!
December 28, 2021
Omicron adalah varian baru virus corona penyebab COVID-19. Pada tanggal 26 November 2021, WHO mengumumkan varian B.1.1.529 sebagai variant of concern (VOC) yang dinamakan Omicron. Dikutip dari laman resmi sehat negeriku Kementerian Kesehatan RI, kasus pertama Omicron diumumkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin pada kamis (16/12/2021). Kasus pertama omicron ini dideteksi pada seorang petugas kebersihan yang bekerja di RSDC Wisma Atlet Kemayoran, Jakarta. Per tanggal 26/12/2021, penyebaran Omicron semakin luas dan telah terdeteksi di 115 negara dunia dengan total kasus mencapai lebih dari 184.000 kasus.
Berdasarkan data terakhir (tanggal 26 Desember 2021), total kasus virus COVID-19 varian Omicron di Indonesia sudah mencapai 46 kasus, dimana sebagian besar menjalani karantina di Wisma Atlet Kemayoran dan RSPI Sulianti Saroso. Dari 27 kasus baru, sebagian besar berasal dari pelaku perjalanan internasional (25 kasus imported case, diantaranya 25 WNI yang baru pulang dari Spanyol, Turki, Inggris, Malaysia, Kenya, Arab Saudi, UEA, Malawi, Mesir, 1 WNA asal Nigeria) dan satu tenaga Kesehatan (nakes).
Omicron (B.1.1.529 lineage), varian ini pertama kali dilaporkan di Botswana, dan segera setelah itu di Afrika Selatan pada November 2021. Varian ini berhubungan dengan peningkatan kasus infeksi COVID regional di Afrika Selatan. Varian ini mengandung lebih dari 30 mutasi pada protein spike, termasuk mutasi-mutasi yang telah dijumpai pada varian-varian yang menjadi perhatian (VOC) dan terkait dengan peningkatan transmisibilitas dan penurunan kepekaan terhadap antibodi penetral (termasuk terapeutik antibodi monoklonal)
Data mengenai dampak klinis omicron saat ini masih terbatas, namun menunjukkan bahwa varian omicron memiliki keunggulan replikasi dibandingkan varian delta dan mempunyai kemampuan untuk menghindari kekebaran humoral dari tubuh manusia baik yang diinduksi infeksi atau vaksin. Kemampuan ini jelas lebih besar daripada varian sebelumnya sehingga resiko penularan lebih tinggi. Resiko perjalanan penyakit menjadi berat yang disebabkan varian omicron masih belum pasti
Kekebalan alami dalam tubuh Penyintas COVID, tidak cukup efektif untuk melawan infeksi virus COVID-19 varian omicron, dan varian virus baru ini memungkinkan resiko infeksi ulang. Efektivitas vaksinasi 2 dosis cukup rendah untuk menghadapi varian ini, laporan di Inggris menunjukkan bahwa orang yang menerima dua dosis vaksin Astra Zeneca 6 bulan sebelumnya, tidak memiliki proteksi sama sekali terhadap varian omicron. Dua dosis Pfizer hanya memiliki efektivitas sebesar 34%. Namun vaksinasi booster dengan Pfizer dan moderna meningkatkan efektivitas sebesar 75% melawan infeksi varian omicron. Pada kasus di Indonesia, dari 46 kasus ada 40 kasus yang sudah divaksin dua kali, 3 kasus baru divaksin satu kali, dan 3 kasus lagi belum divaksin.
Salah satu mutase pada varian omicron adalah delesi pada spike protein, dan hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan beberapa tes molekuler SARS-CoV-2 mendeteksi gen S (pengkode spike protein). Kebanyakan tes molekuler masih dapat mendeteksi RNA virus karena menggunakan lebih dari satu target gen dan dengan demikian tidak akan memberikan hasil negatif palsu.
Kasus kematian COVID-19 terkait varian omicron dilaporkan lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya. Inggris merupakan negara dengan angka kematian tertinggi yakni sebanyak 14 kasus, kemudian Amerika, Jerman dan Israel masing masing 1 kasus. Kasus kematian terutama dijumpai pada umur 50-70 tahun.
Gambar 1. Perbandingan mutasi virus varian delta dan omicron COVID 19

Berdasarkan data terakhir (tanggal 26 Desember 2021), total kasus virus COVID-19 varian Omicron di Indonesia sudah mencapai 46 kasus, dimana sebagian besar menjalani karantina di Wisma Atlet Kemayoran dan RSPI Sulianti Saroso. Dari 27 kasus baru, sebagian besar berasal dari pelaku perjalanan internasional (25 kasus imported case, diantaranya 25 WNI yang baru pulang dari Spanyol, Turki, Inggris, Malaysia, Kenya, Arab Saudi, UEA, Malawi, Mesir, 1 WNA asal Nigeria) dan satu tenaga Kesehatan (nakes).
Omicron (B.1.1.529 lineage), varian ini pertama kali dilaporkan di Botswana, dan segera setelah itu di Afrika Selatan pada November 2021. Varian ini berhubungan dengan peningkatan kasus infeksi COVID regional di Afrika Selatan. Varian ini mengandung lebih dari 30 mutasi pada protein spike, termasuk mutasi-mutasi yang telah dijumpai pada varian-varian yang menjadi perhatian (VOC) dan terkait dengan peningkatan transmisibilitas dan penurunan kepekaan terhadap antibodi penetral (termasuk terapeutik antibodi monoklonal)
Data mengenai dampak klinis omicron saat ini masih terbatas, namun menunjukkan bahwa varian omicron memiliki keunggulan replikasi dibandingkan varian delta dan mempunyai kemampuan untuk menghindari kekebaran humoral dari tubuh manusia baik yang diinduksi infeksi atau vaksin. Kemampuan ini jelas lebih besar daripada varian sebelumnya sehingga resiko penularan lebih tinggi. Resiko perjalanan penyakit menjadi berat yang disebabkan varian omicron masih belum pasti
Kekebalan alami dalam tubuh Penyintas COVID, tidak cukup efektif untuk melawan infeksi virus COVID-19 varian omicron, dan varian virus baru ini memungkinkan resiko infeksi ulang. Efektivitas vaksinasi 2 dosis cukup rendah untuk menghadapi varian ini, laporan di Inggris menunjukkan bahwa orang yang menerima dua dosis vaksin Astra Zeneca 6 bulan sebelumnya, tidak memiliki proteksi sama sekali terhadap varian omicron. Dua dosis Pfizer hanya memiliki efektivitas sebesar 34%. Namun vaksinasi booster dengan Pfizer dan moderna meningkatkan efektivitas sebesar 75% melawan infeksi varian omicron. Pada kasus di Indonesia, dari 46 kasus ada 40 kasus yang sudah divaksin dua kali, 3 kasus baru divaksin satu kali, dan 3 kasus lagi belum divaksin.
Salah satu mutase pada varian omicron adalah delesi pada spike protein, dan hal ini dapat menyebabkan ketidakmampuan beberapa tes molekuler SARS-CoV-2 mendeteksi gen S (pengkode spike protein). Kebanyakan tes molekuler masih dapat mendeteksi RNA virus karena menggunakan lebih dari satu target gen dan dengan demikian tidak akan memberikan hasil negatif palsu.
Kasus kematian COVID-19 terkait varian omicron dilaporkan lebih rendah dibandingkan varian sebelumnya. Inggris merupakan negara dengan angka kematian tertinggi yakni sebanyak 14 kasus, kemudian Amerika, Jerman dan Israel masing masing 1 kasus. Kasus kematian terutama dijumpai pada umur 50-70 tahun.
Gambar 1. Perbandingan mutasi virus varian delta dan omicron COVID 19
