Waspada Coronavirus Penyebab Pneumonia

January 23, 2020
Sejak awal Januari 2020 ini telah ramai dibicarakan mengenai berbagai kasus pneumonia berat yang belum diketahui penyebabnya di kota Wuhan, provinsi Hubei, Tiongkok. Selain di kota Wuhan, Tiongkok serta area Cina lainnya dengan total 278 kasus, laporan serupa juga didapatkan di Jepang    (1 kasus), Korea Selatan (1 kasus) dan Thailand (2 kasus).
Kejadian ini dikenal sebagai "Wuhan Pneumonia Outbreak" yang disebabkan oleh Novel Coronavirus (2019-nCoV) di media masa, dengan data World Health Organization (WHO) terbaru mengkonfirmasi total 282 kasus telah dilaporkan pada 20 Januari 2020 lalu.
Apakah pneumonia?
Seringkali disebut sebagai "radang paru-paru basah" oleh masyarakat, pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut di jaringan paru yang disebabkan oleh berbagai kuman seperti bakteri, virus, parasit dan jamur.  Pneumonia dapat berbahaya dan menyerang siapa saja, namun lebih banyak terjadi pada balita dan lanjut usia. Saat ini, kasus-kasus pneumonia berat yang terjadi di Wuhan tersebut telah dipastikan disebabkan oleh suatu tipe virus baru yaitu Novel Coronavirus (2019-nCoV).
 
Berdasarkan data RISKESDAS tahun 2018, angka kejadian pneumonia sekitar 2%, meningkat dari angka 1,8% tahun 2013 di Indonesia. Berdasarkan data Kemenkes 2014, penderita pneumonia di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 23%-27% dan kematian akibat pneumonia sebesar 1,19%. Dari seluruh kematian di Indonesia, pneumonia menjadi penyebab 17,4% kematian anak usia <5 tahun dan 2,19% kematian pasien usia >60 tahun. Kasus pneumonia akibat Novel Coronavirus (2019-nCoV) ini telah menyebabkan 6 kematian di kota Wuhan sejauh ini.
 
Pneumonia menyebabkan berbagai keluhan/gejala seperti batuk, produksi dahak yang kental, demam, nyeri dada dan atau sesak napas. Pada kasus pneumonia akibat 2019-nCoV, dapat ditanyakan apakah ada riwayat berpergian dalam 14 hari terakhir sebelum timbulnya keluhan di atas, terutama dari negara tempat infeksi pneumonia akibat Novel Coronavirus berasal. Diagnosis pasti pneumonia ditegakkan berdasarkan keluhan/gejala di atas disertai gambaran foto toraks yang memperlihatkan infiltrat/gambaran berawan dan/atau hasil lab yang mendukung ke arah infeksi. Dokter akan menentukan pemeriksaan lab/penunjang apa saja yang diperlukan untuk memastikan diagnosis pneumonia. Oleh karena itu, jika mengalami salah satu dari keluhan/gejala di atas, sebaiknya segera ke dokter terutama dokter Spesialis Paru untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
 
Pneumonia dapat diterapi sesuai agen penyebab, baik bakteri, virus, parasit atau jamur. Berdasarkan penyebabnya, pneumonia  dapat diterapi dengan antibiotik, antivirus, antiparasit ataupun antijamur sesuai indikasi dan keputusan dokter yang menangani. Pasien penderita pneumonia juga memerlukan terapi suportif dan penanganan gejala seperti:
  • istirahat yang cukup,
  • minum secukupnya untuk mengatasi dehidrasi,
  • kompres atau pemberian obat penurun panas jika demam/panas tinggi,
  • obat batuk pengencer dahak atau obat batuk kering jika diperlukan,
  • pemberian terapi oksigen jika terdapat gejala sesak napas dan
  • pemasangan infus untuk pemberian cairan dan gizi untuk tubuh.
 
Lama terapi pneumonia ditentukan oleh dokter dan bergantung dari perbaikan klinis pasien serta berbagai hasil pemeriksaan penunjang sesuai indikasi. Tergantung pada derajat penyakit, pasien dapat diterapi di poli/rawat jalan atau rawat inap di rumah sakit, bahkan dapat dirawat di ruang Intensive Care Unit (ICU) jika diperlukan. Pada tatalaksana pneumonia akibat Novel Coronavirus ini, pasien yang dicurigai akan disarankan memakai masker, membatasi kontak fisik dan atau pajanan droplet/sekret pernapasannya dengan anggota keluarga/orang sekitarnya serta ditempatkan dalam ruang isolasi khusus.
 
Terkait pencegahan kasus-kasus di atas, belum ada vaksin untuk mencegahnya karena kasus-kasus pneumonia tersebut disebabkan oleh coronavirus jenis baru. Coronavirus merupakan keluarga besar virus yang menyebabkan penyakit ringan sampai berat, seperti common cold atau pilek dan penyakit yang serius seperti MERS dan SARS.
 
Menyikapi kasus-kasus pneumonia berat akibat Novel Coronavirus (2019-nCoV) tersebut, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) menyarankan beberapa hal untuk menjaga kesehatan yaitu :
  1. Melakukan kebersihan tangan rutin, terutama sebelum memegang mulut, hidung dan mata; serta setelah memegang instalasi publik.
  2. Mencuci tangan dengan air dan sabun cair serta bilas setidaknya 20 detik. Cuci dengan air dan keringkan dengan handuk atau kertas sekali pakai. Jika tidak ada fasilitas cuci tangan, dapat menggunakan alkohol 70-80% handrub.
  3. Menutup mulut dan hidung dengan tissue ketika bersin atau batuk.
  4. Ketika memiliki gejala saluran napas, gunakan masker dan berobat ke fasilitas layanan kesehatan.
 
Bagi para traveler atau wisatawan yang hendak berpergian ke luar negeri maupun dalam negeri, PDPI juga  menyarankan beberapa hal sebagai berikut:
  1. Hindari menyentuh hewan atau burung.
  2. Hindari mengunjungi pasar basah, peternakan atau pasar hewan hidup.
  3. Hindari kontak dekat dengan pasien yang memiliki gejala infeksi saluran napas.
  4. Patuhi petunjuk keamanan makanan dan aturan kebersihan.
  5. Jika merasa kesehatan tidak nyaman ketika di daerah outbreak terutama demam atau batuk, gunakan masker dan cari layanan kesehatan.
  6. Setelah kembali dari daerah outbreak , konsultasi ke dokter jika terdapat gejala demam atau gejala lain dan beritahu dokter riwayat perjalanan serta gunakan masker untuk mencegah penularan penyakit.
 
Menyikapi berbagai berita dan laporan kasus-kasus mengenai pneumonia ini, masyarakat sebaiknya tetap tenang dan tidak panik. Tetaplah waspada terutama bila anda/salah satu anggota keluarga anda mengalami gejala demam, batuk disertai kesulitan bernafas, sebaiknya segera mencari pertolongan ke RS terdekat terutama ke dokter Spesialis Paru untuk dilakukan evaluasi, pemeriksaan dan tata laksana lebih lanjut.
 
Sumber:
dr. Rizky Andriani Sp.P, FAPSR
RS Columbia Asia Pulomas
 
 Referensi
  1. World Health Organization. Novel Coronavirus (2019-nCoV) Situation Report - 1. 21 Januari 2020.
  2. World Health Organization. Infection prevention and control during health care when novel coronavorus (nCoV) infection is suspected. Januari 2020.
  3. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PRESS RELEASE “PERHIMPUNAN DOKTER PARU INDONESIA (PDPI) OUTBREAK PNEUMONIA DI TIONGKOK" Jakarta: Perhimpunan Dokter Paru Indonesia,  Januari 2020.
  4. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Hospital acquired pneumonia (HAP) dan ventilator associated pneumonia (VAP): Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2018.
  5. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Pneumonia komunitas : Pedoman diagnosis & penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta : Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2014.