Inovasi Alat Pacu Jantung Tingkatkan Kualitas Hidup Pasien Gagal Jantung

April 02, 2019

Jakarta. Multipoint Pacing Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker (CRT), suatu inovasi pada ilmu kedokteran khususnya bidang jantung dan pembuluh darah membawa kabar gembira dan menjadi harapan baru  bagi pasien gagal jantung. CRT merupakan salah satu terapi gagal jantung kongestif (CHF) yang disebabkan oleh melemahnya otot jantung (kardiomiopati). Dengan teknologi ini, diharapkan kualitas hidup pasien CHF dengan gejala sesak napas, pembengkakan kaki dan kaki, kelelahan, intoleransi olahraga, nafsu makan berkurang dan depresi dapat ditingkatkan.

Gagal jantung dapat disebabkan banyak hal. Secara garis besar penyebab terbanyak gagal jantung adalah penyakit jantung koroner 60-75 persen dengan beberapa penyebab yaitu hipertensi 75 persen, penyakit katup  10 persen, kardiomiopati dan sebab lainnya 10 persen. Data menyebutkan, 87 persen dari data pasien penyakit jantung koroner yang meninggal mendadak di Indonesia menderita Aritmia. Ini berarti jika tidak dikenali dan ditangani dengan tepat Aritmia sangat membahayakan bagi penduduk Indonesia.

Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), Guru besar FKUI yang juga merupakan ahli jantung dan pembuluh darah RS Columbia Asia Pulomas menjelaskan, “Aritmia merupakan penyakit yang dikenal dengan gangguan irama jantung. Aritmia dapat terjadi karena adanya gangguan produksi impuls atau abnormalitas penjalaran impuls listrik ke otot jantung. Berdebar merupakan gejala tersering dari aritmia, namun spektrum gejala aritmia cukup luas mulai dari berdebar, keleyengan, pingsan, stroke bahkan kematian mendadak. Jika ditangani dengan tepat, penyakit aritmia, baik kelompok bradiaritmia yaitu laju jantung yang terlalu lambat (kurang dari 60 kali per menit [kpm]) maupun takiaritmia yaitu laju jantung yang terlalu cepat (lebih dari 100 kpm) maka kematian mendadak (sudden death) dapat dicegah.”

“Pemahaman serta kesadaran masyarakat tentang penyakit Aritmia saat ini sudah semakin baik, sejalan dengan hal tersebut peningkatan kasus Aritmia semakin tinggi karena masyarakat semakin memahami dan tahu kapan harus memeriksakan diri ke dokter. Faktor usia bukan menjadi hal penting dalam penyakit Aritmia. Aritmia bisa dialami oleh semua tingkatan usia. Seperti bayi baru lahir bisa mengalami kondisi irama jantung yang lambat atau blok jantung, sementara 40 persen pasien diatas usia 40 tahun mengalami irama jantung yang terlalu cepat atau Fibrilasi Atrium (FA),” lanjutnya.

“Jika dikaitkan dengan gagal jantung, tidak semua Aritmia berhubungan dengan gagal jantung. Gagal jantung dapat disebabkan oleh kelainan irama jantung yang terlalu cepat sehingga jantung bekerja terus menerus karena otomatisitas sistem listrik. Sistem listrik jantung terdiri dari generator listrik alamiah yaitu nodus sinoatrial (SA) dan jaringan konduksi listrik dari atrium ke ventrikel. Hal tersebut dapat mengganggu pembentukan dan atau penjalaran impuls listrik sehingga menimbulkan penyakit Aritmia,”tambahnya.

Mengenai gagal jantung, dr. Dony Yugo Hermanto, SpJP(K), menjelaskan, “Gagal jantung merupakan masalah bukan hanya di Indonesia namun dunia. Hal ini sudah merupakan pandemi global yang diderita kurang lebih 26 juta penduduk dunia. Selain  penyakit jantung koroner, gagal jantung juga disebabkan oleh hipertensi yang tidak terkontrol. Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai 34.1 persen, dimana 45.6 persen pasien hipertensi tidak minum obat secara rutin. Kondisi hipertensi yang tidak terkontrol dalam jangka waktu lama akan mengakibatkan jantung menjadi terlalu kaku atau terlalu lemah untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Tingkat kematian kasus gagal jantung pada kasus yang dirawat di RS juga cukup tinggi sebesar 12 persen.

 “Deteksi dini akan adanya gejala gagal jantung harus dilakukan secara dini terutama pada pasien-pasien yang memiliki faktor risiko seperti hipertensi, penyakit jantung koroner, atau riwayat penyakit jantung rematik saat kecil. Pemeriksaan sederhana seperti echocardiografi (USG jantung) dapat melihat fungsi pompa jantung pada pasien-pasien yang berisiko tinggi. Prinsip utama pengobatan gagal jantung adalah manajemen seumur hidup (Lifelong management). Terapi utama adalah menggunakan obat-obatan gagal jantung. Mencari dan melakukan tatalaksana terhadap penyebab gagal jantung juga penting untuk dilakukan tanpa lupa untuk mempertahankan gaya hidup yang baik. Bila pada kasus tertentu dimana gagal jantung tidak dapat diatasi dengan terapi obat, maka terdapat pilihan lain seperti pemasangan alak elektronik kardiak implan. Alat ini dapat membantu dalam hal sinkronisasi kontraksi jantung agar lebih efektif ”, jelasnya.

Mengenai teknologi CRT, dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), menjelaskan, “Pada prinsipnya, tatalasana gagal jantung dilakukan untuk memperbaiki kualitas hidup (improve Quality of life) dan perpanjangan usia hidup (improve survival). Tatalaksana gagal jantung dilakukan dengan pengobatan, namun pada kasus-kasus tertentu hanya dengan pengobatan saja tidak dapat memberikan perbaikan harapan hidup pasien. Ketika obat tidak dapat memberikan prinsip tersebut maka dilakukan tatalaksana lain yaitu CRT.

Ia melanjutkan, “Cardiac Resynchronization Therapy (CRT), yaitu alat berukuran kecil yang dipasang untuk mengembalikan gerak dinding-dinding jantung agar lebih sinkron. CRT merupakan alat yang direkomendasikan pada gagal jantung lanjut (advanced heart failure) simtomatik, yang sudah mendapatkan terapi farmakologis gagal jantung secara optimal.”
“Inovasi terbaru dari CRT saat ini yaitu Teknologi MultiPoint™ Pacing merupakan fitur defibrilator yang terdapat pada Quadra Assura MP Cardiac Resynchronization Therapy Defibrillator (CRT-D) dan Quadra Allure MP CRT-pacemaker (CRT-P). Teknologi MultiPoint™ Pacing dirancang untuk mengirimkan beberapa electrical pulses pada left ventricular (LV) dengan menggunakan 4 elektroda pacing dan 10 vektor pacing yang dapat membantu menghasilkan denyut jantung yang normal,” tambahnya.

Kelebihan CRT dengan Teknologi MultiPoint™ Pacing ini dapat memberikan manfaat potensial bagi pasien yang tidak merespon terapi tradisional bi-ventricular (Biv) dan dapat memberikan manfaat tambahan bagi pasien yang merespons terapi tradisional Biv. Keamanan dan keberhasilan MultiPoint™ Pacing telah disetujui oleh FDA dengan tingkat keamanan mencapai 93.2 persen bebas dari komplikasi terkait sistem dan terbukti tidak kalah dengan quadripolar BiV sehubungan dengan tingkat non-responden. Menurut data dari International Clinical Experience, MultiPoint™ Pacing dapat meningkatkan fungsi jantung hemodinamik dan membalikkan remodeling. Beberapa penelitian telah menunjukkan peningkatan respon pasien terhadap CRT dengan MultiPoint Pacing dibandingkan dengan satu pacing,” terangnya.

Sementara itu, dr Himawan Prasetyo M.Kes , Direktur Medis RS Columbia Asia Pulomas mengatakan, “Dengan gembira kami mengabarkan kepada masyarakat luas kehadiran Multipoint Pacing Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker (CRT) di RS Columbia Pulomas.  Kami berharap dengan keahlian yang dimiliki dokter-dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RS Columbia Asia Pulomas serta teknologi MultiPoint pacing CRT ini, kami dapat memberikan layanan terbaik kepada pasien-pasien penyakit jantung di Indonesia. Sudah ada 114 tindakan dibidang Cardio Vaskular yang dilakukan oleh dokter spesialis jantung di RS Columbia Asia Pulomas, dan dinyatakan berhasil. Saat ini kasus jantung dan pembuluh darah tak hanya kasus PCI tetapi sudah meningkat pada kasus ablasi oleh karenanya kami bangga memiliki ahli ahli jantung yang dipimpin oleh Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), beranggotakan dr. Dicky Hanafie, SpJP(K), dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), dr. Dony Yugo Hermanto, SpJP(K), dan dr. Friens ADP Sinaga, SpJP, FIHA.”

 “RS Columbia Asia Pulomas melayani pasien yang mengalami gangguan pada jantung. Cardiology merupakan salah satu layanan unggulan RS Columbia Asia Pulomas tawarkan. Bagi masyarakat yang mengalami gangguan pada jantung dapat menemui dan berkonsultasi dengan dokter spesialis kami, dengan jadwal sebagai berikut:
  1. Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), Selasa pukul 20.00 - 21.00 WIB.
  2. dr. Dicky Hanafie, SpJP(K), Kamis pukul 17.00 - 20.00 WIB, Sabtu Sabtu (minggu Ke 2 & 4) pukul 10.00 – 14.00 WIB.
  3. dr. Sunu Budhi Raharjo, PhD, SpJP(K), Senin pukul 17.00 - 20.00 WIB. Sabtu (minggu Ke 1 & 3) pukul 10.00 - 14.00 WIB
  4. dr. Dony Yugo Hermanto, SpJP .FIHA, Rabu & Jumat pukul 17.00 - 20.00 WIB.
  5. dr. Friens ADP Sinaga, SpJP, FIHA, Senin s/d Jumat pukul 10.30 - 12.00 WIB.
Kami berusaha terus memberikan yang terbaik untuk masyarakat salah satunya dengan menghadirkan ahli yang mumpuni dan inovasi teknologi terbaru seperti Multipoint Pacing Cardiac Resynchronization Therapy Pacemaker (CRT) ini,” tutupnya.
 
 
***
Tentang Columbia Asia
Columbia Asia adalah perusahaan perawatan kesehatan swasta internasional yang didirikan oleh seorang pengusaha Amerika, Mr. Daniel Baty pada tahun 1996. Sejak awal, Columbia Asia berupaya untuk menyediakan layanan kesehatan berkualitas yang terjangkau dan mudah diakses oleh banyak orang, di mana pun mereka tinggal, dengan didorong oleh pernyataan visi kami, yaitu: semangat untuk meningkatkan kualitas individu. Dana saham Columbia Asia dimiliki oleh International Columbia US, LLC (ICU). Pada tahun 2016, Mitsui & Co., perusahaan konglomerat Jepang, bergabung sebagai pemegang saham di ICU.
 
 
Hingga saat ini, Columbia Asia tergolong sebagai salah satu kelompok rumah sakit terbesar dan paling cepat berkembang di Asia. Columbia Asia memiliki 12 rumah sakit di Malaysia, 11 di India, 2 di Vietnam dan 3 di Indonesia.
 
Dengan kurang lebih 200 tempat tidur per rumah sakit, Columbia Asia memanfaatkan teknologi modern untuk memberikan perawatan spesialis yang efisien demi mengurangi waktu tinggal di rumah sakit sehingga bisa menghasilkan perawatan dengan biaya yang lebih efektif. Rumah sakit di Columbia Asia menyediakan beragam layanan spesialis seperti Bedah Umum, Pediatri, Obstetri & Ginekologi, Ortopedi, Penyakit Dalam, Onkologi, Kardiologi, Bedah Saraf dan banyak lagi. Hal tersebut juga didukung oleh layanan tambahan yang mencakup Unit Perawatan Intensif (ICU), Unit Perawatan Neonatal (NICU), Fisioterapi, Laboratorium, Farmasi, dan Imaging.
 
Tata kelola klinis yang ketat, etika dan keunggulan sangatlah diutamakan di Columbia Asia.
 
 
Informasi lebih lanjut:
 
 
RUMAH SAKIT COLUMBIA ASIA –
JAKARTA (PULOMAS):
 
Irmawanty Ningsih
Marketing Manager
Tel. 0822 6077 3775
E: [email protected]
A: Jl. Kayu Putih Raya No.1. Pulomas,
Jakarta Timur 13210
Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia.
 
 
MANAGEMENT OFFICE:
 
Rina Mutia Ramdani Putri
Digital Marketing Supervisor
Tel. 0821 1313 0331
E: [email protected]
A: Kirana Boutique Office Blok C2 No.9
Jl. Boulevard Raya Kelapa Gading, Jakarta Utara 14240
www.columbiaasia.com/indonesia
 
 
 
SOCIAL MEDIA CHANNELS:
 
Facebook: Rumah Sakit Columbia Indonesia
Instagram: @rscolumbiaasia
Twitter     : @RSColumbiaAsia
LinkedIin  : Rumah Sakit Columbia Asia Indonesia