Kampung Kubur Sudah Jauh Berubah

April 25, 2016


Pelang bertuliskan Kampung Kubur Kawasan Bebas Narkoba, Rabu (20/1/2016).

MEDAN, TRIBUN - Pascapenggerebekan secara terus- menerus dan bersekala besar yang dilakukan aparat kepolisian, BNN, dan TNI, image identik Kampung Kubur sebagai pusat peredaran narkoba mulai jauh berkurang.

Hal tersebut diungkapkan beberapa warga maupun Kepala Lingkungan setempat yang diwawancarai Tribun, di sela-sela kegiatan perobatan gratis yang digelar Rumah Sakit Columbia Asia, di Kampung Kubur, Minggu (24/4) pagi.

Seorang warga yang minta namanya diinisialkan AMO, mengatakan, kondisi terkini di lingkungannya sudah banyak berubah lebih baik. Meski ia menduga masih adanya orang- orang yang dicurigai tetap berani mengonsumsi dan mengedarkan narkoba, tetapi aktifitasnya tidak seperti dahulu yang sangat terkesan bebas.

"Sekarang sudah payah lah bang peredaran narkoba di sini. Apalagi kalau rutin ada acara penyuluhan-penyuluhan dan pembinaan, seperti pelatihan keahlian kerja, perobatan gratis, pembinaan warga, peredaran akan jadi sulit. Sekarang sudah jauh berubah, udah gak bebas kayak dulu lagi lah," kata Amo kepada Tribun.

Amo menerka, biang kerok tetap beraninya orang-orang tertentu melakukan aktifitas peredaran narkoba akibat mengganggur atau tidak ada kerjaan tetap.

"Iya kalau masih adanya (peredaran narkotika) ya masih lah bang. Namanya di sini banyak pengangguran. Yang di Mangkubumi semalam itu digerebek, dari sini-sini juganya pemainnya. Kibusnya sesama warga juga," ungkapnya sembari mengakui ada pro kontra bagi warga setempat soal bisnis narkoba tersebut.


(Penggerebekan bandar narkoba di Kampung Kubur beberapa waktu lalu)

Senada, Kepling Kampung Kubur, Emmy, juga mengakui di lingkungan yang berpenghuni sekitar 1.600 jiwa tersebut masih terjadi pro dan kontra terkait peredaran barang haram tersebut.

Namun, wanita yang karib disapa Bu Emmy ini merasa bersyukur adanya perubahan signifikan aktifitas peredaran narkoba setelah penggerebekan dan pemberantasan skala besar belum lama ini. Apalagi, aktifitas patroli kerap dilakukan sekitar 15 personel polisi selama 24 jam di lingkungan yang sebentar lagi akan mengubah nama Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera, ini.

"Ya mau gimanalah, Dek. Warga ada yang pro dan kontra dengan narkoba. Itu karena banyak yang pengangguran makanya terlibat jerat narkoba. Tapi sekarang sudah banyak yang berubah lah. Jauh kali udah berubahnya. Sudah sangat berkurang peredaran narkoba di sini karena sering ada polisi yang patroli. Pos-pos juga ada empat, semua dijagai. Pintu masuk yang besar ada empat di Kampung Kubur ini, di antaranya dua pintu masuk dibuat portal," kata Bu Emmy.

Kepedulian Formalitas Ala Pemerintah

Warga Kampung Kubur Jalan Zainul Arifin atau Jalan Taruma buka suara soal kinerja pemerintah yang diawal-awal kelihatan peduli terhadap warga setempat dengan memberikan pelatihan keterampilan dan keahlian kerja. Seyogiyanya niat pemerintah dinilai sangat baik, menginginkan adanya peningkatan kualitas sumber daya manusia untuk meretas kesulitan lapangan kerja dan kesulitan ekonomi, hingga tidak ada lagi warga setempat terkontaminasi dengan peredaran gelap narkoba.

Seorang pria warga setempat yang berambut ikal, Endi (nama samaran), menyebut, upaya pemerintah mengajari keterampilan kerja dan usaha sekadar isapan jempol belaka.

Endi bilang, pascapenggerebekan narkoba skala besar di Kampung Kubur, warga sempat diajari bagaimana membuat home industry pembuatan Tahu untuk meretas angka pengangguran dan menaikkan rendahnya tingkat ekonomi warga Kampung Kubur yang selalu disebut-sebut sebagai penyebab warga memilih mengedarkan narkoba. Sayangnya, kata Endi, aktifitas pelatihan keterampilan itu tak berlangsung kontinu hingga sekarang. Ia menyebut kegiatan diawal terkesan hanya formalitas.

"Alah, mana ada gunanya itu, Bang. Cuma sebentar ajanya itu soal home industry Tahu. Formalitas saja itu diajari buat indusrti Tahu. Itu kan abis penggerebekan yang dibombardir makanya banyak kegiatan-kegiatan penyuluhan. Sekarang mana ada lagi," kata Endi kesal.

Ia berharap pemerintah serius jika ingin merubah image narkoba di Kampung Kubur menjadi Kampung Sejahtera yang bersih narkoba. Sangat diharapkannya, langkah konkrit tersebut dengan memberi modal usaha dan menyediakan lapangan pekerjaan, khususnya bagi muda-mudi setempat.

"Jujur lah ini ya bang. Di sini warga nyari Rp10 ribu aja susah kali. Itu karena pemerintah gak punya solusi berikan lapangan pekerjaan makanya banyak yang jualan barang ilegal. Harusnya kasih modal usaha buat jualan bagi yang ibu-ibu dan lapangan kerja bagi pemuda setempat," ungkapnya.

Kepala Lingkungan Kampung Kubur, Emmy mengakui home industri pembuatan Tahu yang pernah diadakan di lingkungannya sulit diwujudkan lantaran warga terkendala dana.

"Iya pelatihan buat Tahu ada kemarin abis yang digerebek besar-besaran itu. Tapi kalau sampai mau dibuatkan industri Tahu, itu mana ada. Itu kan modalnya besar, Dek. Jadi kemarin itu industri tahu cuma ngajari buat Tahu aja. Sekarang warga masih ada nerima pelatihan lain, buat kue kering dan buat jajanan makanan sebagai mata pencarian bagi yang perempuan. Kalau laki-laki sekarang udah banyak yang jadi satpam, misalnya satpam di Carefour," sebut Bu Emmy.

Harapkan Perobatan Gratis Rutin

Ratusan warga Kampung Kubur atau Kampung Sejahtera menyambut antusias menerima perobatan gratis dari pihak medis. Perobatan gratis ini difasilitasi oleh pihak Rumah Sakit (RS) Columbia Asia di area Kampung Kubur tak jauh dari pintu gerbang/ portal di Jalan Taruma, Minggu (24/4) pagi.

Ratusan warga terlihat antusias untuk menerima perobatan gratis dengan mendaftarkan diri hadir sejak pagi. Acara dimulai dengan acara senam pagi bersama pihak RS Columbia Asia pukul 07.00 WIB. Selanjutnya mulai pukul 09.30 WIB warga difasilitasi perobatan gratis hingga selesai pada pukul 12.00 WIB siang.


(Pengobatan gratis oleh RS Columbia)

"Senang lah ada perobatan gratis, kalau bisa rutin diadakan RS Columbia. Setelah acara senam bersama, kemudian perobatan gratis. Saya tadi ikut cek kesehatan mata karena mata ini udah kabur," kata seorang pria paruh baya usai cek kesehatan.

Kepala Lingkungan I Kelurahan Petisah Tengah, Emmy yang turut mendampingi warganya dan beberapa pejabat instansi seperti Kapolresta Medan, pihak BNN, Kodim, Camat, Lurah pada acara perobatan gratis ini juga merasa senang.

"Warga saya bisa cek kesehatan gratis dan berobat gratis, tentu saya sangat senang. Ke depan harapan saya kegiatan-kegiatan seperti ini bisa rutin diberikan RS Columbia dan pihak lainnya di Kampung Kubur," ucapnya.

General Manajer RS Columbia Asia Rheinhard L. Tobing merasa senang dengan sambutan warga Kampung Kubur sangat antusias. Dia juga menyebut program perobatan gratis ini akan rutin dilakukan. Namun ia tak bisa memastikan akan rutin di Kampung Kubur. Pihak Rheinhard akan mengadakan perobatan gratis di beberapa lokasi lainnya.

"Kegiatan ini, pertama rangka hari kesehatan sedunia dan juga dalam rangka 20 tahun Grup Colombia Asia melayani masyarakat Asia. Kita juga ada ajukan proposal ke Pemda untuk bakti sosial di Kampung Kubur. Selama ini memang belum ada rencana rutin perobatan gratis di Kampung Kubur," kata Rheinhard. Adapun beberapa fasilitas perobatan gratis yang diberikan adalah pengecekan penyakit mata (rabun, katarak), penyakit THT, kesehatan kulit, gigi, anak, dan warga lanjut usia (lansia).

Pusingnya Kepling Kampung Kubur

Emmy sejak kecil tak pernah bercita-cita dan menyangka akan menjadi seorang Kepala Lingkungan (Kepling) Kampung Kubur. Takdir berkata lain, kini wanita yang khas dengan tahi lalat di dahi dan rambut sebahu itu malah menjalani hidup sebagai seorang Kepala Lingkungan di Kota Medan yang warganya identik dengan narkoba.

Ditemui di kediaman sederhananya yang berada di tengah-tengah himpitan bangunan rumah susun warga Kampung Kubur, Emmy menceritakan pengalamannya memimpin hampir 300 kepala keluarga dengan jumlah warga sekitar 1.600 jiwa.

"Kadang pusing saya sama warga saya ini. Tapi saya senang mereka semua akur dan gak berani mereka sama saya marah-marah," ungkapnya pertama kali ditanyai pengalaman sebagai Kepling.


(Kepling Kampung Kubur Emmy)

Emmy bilang, selama ini ia sudah sejak tahun 1973 tinggal ikut suaminya di Kampung Kubur. Ia selama ini hanya ibu rumah tangga. Namun seiring berjalan waktu, ia pun terpilih menggantikan suaminya yang sebelumnya menjabat Kepling Kampung Kubur.

"Di sini saya sudah dari 1973 ikut suami. Saya jadi kepling ya gantikan suami saya," kata wanita yang murah senyum dan ramah ini

Ibu tiga anak ini tak pernah merasa sulit menjadi kepling dengan warga multietnis baik suku, ras dan agama yang tinggal di perumahan yang semrawut. Ia hanya mengaku dilema soal anggapan masyarakat umum soal lingkungannya yang dianggap sarang narkoba.

"Kalau warga di sini gak susah ngaturnya. OKP di sini juga akur semua. meski beda-beda organisasi ada yang AMPI, PP, IPK, MPI. kalau ada minta bantuan buat urusan administrasi ya saya bantu. Paling sulitnya, warga itu pro dan kontra soal narkoba. Tapi gak pernah lah sampai ada yang mengancam-ancam saya. Mana berani mereka sama saya, semua akur di sini. Paling, pemuda di sini masih banyak yang pengangguran makanya mereka suka cari cara mudah cari duit. Misal yang buka usaha jackpot dan warnet mereka sering dirazia. Saya ya kasihan sama mereka kalau dirazia, namanya mereka cari makan," ungkapnya di ruang tamunya yang penuh dengan sayur, tempat tidur dan gelas-gelas.

Ke depannya, Emmy berharap pemerintah memberi perharian lebih terhadap lingkungannya ini.

"Harapan saya pemerintah terus beri bantuan buat warga. Pemerintah diharapkan beri lapangan pekerjaan dan modal udaha bagi warga. Saya juga bersyukur sekarang pemuda di sini udah banyak yang bekerja jadi guru, pns, satpam dan berjualan. Warga juga sering diberi pelatihan membuat kue dan masakan biar bisa berjualan," ucapnya. (cr3)

http://medan.tribunnews.com/