Kepribadian Histrionik
Gangguan kepribadian ini lebih banyak dialami oleh wanita, dibandingkan pria.
Gejala
- Merasa sedih (tidak nyaman) dan merasa merasa kurang dihargai saat tidak menjadi pusat perhatian.
- Emosinya berubah-ubah
- Berperilaku dramatis, ekspresif mengutarakan emosinya, dan berani berbicara berlebihan
- Menggunakan penampilan fisik untuk menarik perhatian
- Berperilaku genit terhadap lawan jenis untuk menunjukkan daya tarik seksualnya (bahkan walau dirinya tidak tertarik dengan lawan jenis tersebut)
- Senang mencari kesenangan instan, dan mudah bosan
- Mempunyai kesulitan menjalin relasi yang dalam, cenderung berinteraksi dengan orang lain secara dangkal, hanya berpura-pura dekat dengan orang lain.
- Menilai relasinya dekat dengan orang lain secara subjektif (menurut penafsirannya sendiri)
- Bergantung pada dukungan dan penerimaan dari orang lain
- Mudah dipengaruhi oleh orang lain
Masalah untuk lingkungan sosialnya
Orang dengan kepribadian histrionik bisa membuat orang lain tidak nyaman karena dia selalu ingin jadi pusat perhatian, dan berani berbicara berlebihan walau merugikan seseorang (membuat malu seseorang, misalnya) hanya karena ia ingin didengarkan orang-orang.
Penyebab
Berdasarkan penelitan, gangguan kepribadian histrionik berasal dari faktor genetik dan faktor lingkungan. Pengasuhan masa kanak, di mana terdapat masalah dalam relasi anak dengan orangtuanya, orangtua tidak konsisten menunjukkan kasih sayang kepada anak, menyebabkan anak mengembangkan harga diri yang rendah. Orangtua yang tidak menunjukkan batasan secara tegas dan jelas, serta bersikap tidak menentu, juga membuat anak bingung dan merasa tidak aman. Adanya figur orangtua yang berperilaku dramatis, genit, juga menjadi contoh yang bisa ditiru anak.
Gangguan penyerta
Orang dengan kepribadian histrionik berisiko mengalami gangguan depresi, atau masalah emosional lain dan masalah relasi akibat pemikiran atau perilakunya.
Penanganan
Psikoterapi (talk-therapy) menjadi upaya penanganan masalah gangguan kepribadian histrionik ini. Di dalamnya, pribadi yang bersangkutan akan dibantu menggali pemikiran dan motivasi yang melatarbelakangi perilakunya, menangani masalah emosinya (kekhawatiran, ketakutan), dan kemudian dibantu untuk menjalin relasi dengan orang lain secara lebih tepat.
Review by
Henny Setiawati, M.Psi
Psikolog RS Khusus Bedah Columbia Asia Semarang