Kenali Penyakit Kuning Pada Bayi

December 02, 2020

 

                Kuning dalam istilah dunia kedokteran disebut dengan jaundice atau ikterus. Istilah jaundice berasal dari Bahasa Perancis yaitu jaune dan ikterus berasal dari Bahasa Yunani yaitu icteros, yang sama-sama berarti kuning. Kuning pada bayi baru lahir merupakan kondisi yang sering terjadi dimana warna kuning dapat diamati pada kulit dan selaput mata yang diakibatkan penumpukan bilirubin yang merupakan senyawa hasil dari penghancuran sel darah merah. Kuning pada bayi akan terlihat bila kadar bilirubin darah > 5mg/dL (hiperbilirubinemia). Hiperbilirubinemia adalah keadaan sementara yang sering ditemukan baik pada bayi cukup bulan (kejadian 50-70%) maupun bayi prematur (kejadian 80-90%). Sebagian besar hiperbilirubinemia adalah hal yang normal dijumpai dan tidak membutuhkan terapi khusus. Tetapi karena adanya potensi toksik dari bilirubin, maka semua bayi baru lahir harus dipantau untuk mendeteksi kemungkinan terjadinya kondisi hiperbilirubinemia yang berat. Hiperbilirubinemia seringkali dianggap menakutkan, baik oleh dokter maupun keluarga sehingga dibutuhkan panduan dan pengetahuan akan hal ini. Pemahaman yang baik mengenai penyebab dan patofisiologi dapat meminimalisir hal – hal yang tidak diharapkan seperti kecemasan, penghentian menyusui, dan terapi yang tidak perlu.
                Bilirubin adalah hasil pemecahan sel darah merah. Hemoglobin (Hb) yang berada di dalam sel darah merah akan dipecah menjadi bilirubin. Satu gram Hb akan menghasilkan 34 mg bilirubin. Bilirubin ini dinamakan bilirubin indirek yang larut dalam lemak dan akan diangkut ke hati oleh albumin. Di dalam hati, bilirubin diubah oleh enzim glukoronid transferase menjadi bilirubin direk yang larut dalam air untuk kemudian disalurkan melalui saluran empedu untuk dialirkan ke usus. Di dalam usus, bilirubin direk ini akan terikat oleh makanan dan dikeluarkan sebagai sterkobilin bersama tinja. Apabila tidak ada makanan di dalam usus, bilirubin direk ini akan diubah oleh enzim di dalam usus yang juga terdapat di dalam air susu ibu (ASI) yaitu beta-glukoronidase menjadi bilirubin indirek yang akan diserap kembali dari dalam usus ke dalam aliran darah. Bilirubin indirek ini akan kembali diikat oleh albumin dan diangkut ke hati. Rangkaian ini disebut sirkulus enterohepatik (rantai usus-hati). Oleh sebab itu, bayi yang asupan susunya tidak cukup, cenderung berisiko menjadi kuning.
              Kuning pada bayi baru lahir dapat merupakan suatu gejala fisiologis yang normal dijumpai atau dapat merupakan hal yang patologis (abnormal). Kuning yang fisiologis terjadi setelah 24 jam kelahiran dan dibawah 2 minggu disebabkan oleh fungsi hati yang belum berfungsi sempurna merubah bilirubin tidak larut menjadi larut. Walaupun kebanyakan bayi sehat dan tidak memerlukan terapi, namun perlu dilakukan pemantauan karena hiperbilirubinemia berat dapat meracuni sel saraf. Ikterus dapat dideteksi secara klinis dengan cara mengobservasi warna kulit setelah dilakukan penekanan menggunakan jari. Pemeriksaan terbaik dilakukan dengan latar cahaya matahari. Kuning dimulai dari kepala sampai anggota gerak. Pemeriksaan penunjang seperti billirubin darah total, darah perifer lengkap dan gambaran apusan darah tepi, golongan darah, rhesus, dan direct coombs test dari ibu dan anak, kadar enzim G6PD pada eritrosit, dsb dapat membantu dalam menegakkan diagnosis.
 
  
Hiperbilirubinemia fisiologis dapat disebabkan beberapa mekanisme:
a.  Peningkatan produksi bilirubin, yang disebabkan oleh:
-    Masa hidup sel darah merah bayi yang lebih singkat
-    Peningkatan pembentukan sel darah merah yang inefektif
b.  Peningkatan sirkulasi enterohepatik seperti yang dialami bayi yang kurang minum
c.   Adanya masalah pada pengambilan bilirubin di hati
d.  Masalah pada perubahan bilirubin di hati karena aktivasi uridin difosfat glukuronil transferasi (UDPG-T) yang rendah
e.  Penurunan aliran bilirubin hasil perubahan di hati misalnya adanya hambatan di salauran empedu.
 
Keadaan dibawah ini menandakan kemungkinan kuning yang tidak normal dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut:
-  Timbulnya kuning sebelum usia 24 jam
-  Peningkatan bilirubin dalam darah > 5mg/dL/24 jam
-  Kadar bilirubin direk > 2mg/dL
-  Bayi menunjukkan tanda sakit (muntah, lemas, kesulitan minum, penurunan berat badan, henti nafas, sesak nafas, instabilitas suhu)
-  Kuning yang menetap > 2 minggu
 
Beberapa kondisi yang dapat menyebabkan kuning pada bayi harus dipikirkan, seperti ABO inkompatibilitas, defisiensi enzim G6PD, infe ksi, hipotiroid kongenital, kelainan genetik, gangguan organ hati atau saluran empedu seperti atresia bilier, cystic fibrosis dan hepatitis. Tatalaksana hiperbilirubinemia berdasarkan penyebabnya. Bayi harus tetap diberikan ASI. Pada bayi yang mengalami kuning, sering ada kebiasaan di masyarakat untuk menjemur bayi. Ikatan Dokter Anak Indonesia sendiri tidak merekomendasikan untuk menjemur bayi sebagai terapi ikterik. Hal ini disebabkan banyaknya penelitian yang menunjukkan paparan sinar matahari dapat meningkatkan risiko berkembangnya kanker kulit pada usia lanjut. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa sinar matahari bermanfaat dalam memicu pembentukan vitamin D pada kulit untuk kesehatan tulang. Bila kuning disebabkan hiperbirubinemia patologis, maka dapat dipertimbangkan terapi sinar dan transfusi tukar.
 
Telah direview oleh dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), Sp.A(K) dari RS. Columbia Asia Medan

Jadwal Praktek Dokter 

dr. Beby Syofiani Hasibuan, M.Ked(Ped), Sp.A(K)    Senin - Jumat   12.00 - 15.00
RS. Columbia Asia Medan   Sabtu   10.00 - 12.00