Mengenal Happy Hypoxia

November 05, 2020
Mengenal Happy Hypoxia, Gejala baru Covid-19

 
 
“Happy Hypoxia” belakangan sering muncul dan dikaitkan dengan infeksi virus Covid-19. Munculnya gejala happy hypoxia diduga membuat sejumlah pasien Covid-19 di Indonesia meninggal tanpa menunjukkan tanda-tanda sama sekali. Happy hypoxia adalah penurunan kadar oksigen di dalam darah. Kondisi ini dapat membuat seseorang mengalami masalah dalam pernapasan seperti sesak napas atau dispnea. Kondisi ini tidak merasakan gejala apapun, tetapi ketika diperiksa kadar oksidgen di dalam tubuh sangat rendah.
 
Normalnya, kadar oksigen di dalam darah (saturasi oksigen) ada pada rentang 95%-100% atau sekitar 75-100 mmHg. Ketika kadar oksigen di dalam darah seseorang berkurang hingga dibawah tersebut, tubuh akan mengalami kekurang oksigen. Atau yang disebut dengan hipoksemia atau hipoksia. Hipoksia dapat menyebabkan kelainann jantung, gangguan fungsi paru-paru, misalnya asma, emfisema, bronchitis, pneumonia, PPOK, kanker paru-paru, gangguan pernapasan saat tidur atau sleep apnea dan anemia.
 
Hypoxia yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan organ tubuh, seperti otak dan jantung, seperti otak dan jantung. Sebagian besar penderita Hypoxia akan mengalami gejala sesak napas, lemas, kulit pucat, dan kuku serta bibir tampak kebiruan. Jika sudah parah dapat membuat penderitanya hilang kesadaran atau bahkan koma. Hypoxia dapat terjadi tanpa adanya gejala, dan baru terdeteksi ketika pasien melakukan pemeriksaan saturasi oksigen dengan alat yang bernama pulse oximeter. Kondisi Hypoxia baik yang bergejala atau tidak harus segera ditangani oleh dokter. Untuk penanganannya dokter akan memberikan terapi oksigen serta menangani penyakit atau kondisi yang menyebabkan penurunan kadar oksigen tersebut.
 
Pada pasien Hypoxia yang masih dapat bernapas, akan dilakukan pemberian oksigen dengan menggunakan selang atau masker oksigen, tetapi bagi penderita yang sudah mengalami penurunan kesadaran atau tidak dapat bernapas, dokter akan melakukan pemberian oksigen melalui ventilator dan melakukan perawatan di ruang ICU.
 
Kenapa seseorang bisa tidak mengalami gejala tetapi mengalami happy hypoxia? Dikarenakan respon otak terhadap tingkat oksigen yang rendah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pengidap covid-19 tidak merasakan gejala apapun saat mengalami hypoxia. Ketika kadar oksigen dari pasien menurun, otak tidak merespons sampai oksigen turun ke tingkat yang sangat rendah. Disamping itu terdapat separuh dari pengidap covid-19 juga memiliki kadar karbon dioksida yang rendah yang dapat mengurangi dampak kadar oksigen yang sangat rendah.  Dr. Martin J. Tobin, seorang profesor kedokteran paru dan perawatan kritis di Loyola University Medical Center, di Maywood, IL, mengatakan bahwa beliau mencurigai bahwa virus corona dapat mempengaruhi reseptor tubuh sehingga tidak merespons pada tingkat oksigen yang rendah. Hal ini dikaitkan dengan kurangnya penciuman yang ditemukan pada dua pertiga pasien covid-19
 
Jika Anda merasakan gejala Covid-19, atau pernah berkontak dengan orang yang positif Covid-19, segera periksakan diri ke Dokter. Jika Anda dinyatakan terinfeksi virus corona, tetap waspada walaupun tidak mengalami gejala, karena bisa saja terjadi kondisi seperti ini.
 
Telah direview oleh: 
dr. R. Andriani, SpP
RS. Columbia Asia Pulomas
Jadwal Praktek Senin, Rabu & Jumat: Pkl. 08.00 - 11.00